Hari Pertama
Di tengah kabut dingin, 90 siswa kelas X SMA Seminari St. Yohanes Berkhmans Todabelu melaksanakan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) Tahun Pelajaran (Tapel) 2024/2025 hari pertama, Senin pagi 22 Juli 2024. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula SMA Seminari Todabelu.
Tema yang diangkat dalam MPLS ini, yakni “Mari Bersama Ciptakan Lingkungan Belajar yang Inklusif, Berkebinekaan, dan Aman bagi Semua”.
Terkait pelaksanaan MPLS ini, Kepala SMA Seminari Todabelu dalam renungannya saat Perayaan Ekaristi Pembukaan Tapel 2024/2025 untuk SMP dan SMA, mengatakan bahwa pelaksanaan MPLS menjadi salah satu kegiatan sekolah yang dapat membantu para siswa untuk bergerak dari tindakan dan situasi kita yang destruktif pada tapel 2023/2024, menuju tindakan dan situasi yang konstruktif pada tapel 2024/2025.
Romo juga menyinggung bahwa “kita mesti menjadi pribadi yang baru pada tapel 2024/2025”. Pribadi yang baru, bagi Romo Tinyo, adalah pribadi yang harus bangun pada “pagi benar-benar” seperti halnya Santa Maria Magdalena yang dikisahkan dalam Injil Yohanes 20:1.11-18 dan sekaligus pestanya diperingati pada hari tersebut.
Kegiatan MPLS dimulai dengan ice breaking dan yel-yel untuk para siswa yang dipimpin oleh Fr. Bayu Tonggo dan Fr. Sirilus Lewan, O. Carm. Para siswa sangat antusias dan menikmati kegiatan tersebut.
Setelah itu, Ibu Noni Rasni selaku penanggung jawab kegiatan MPLS mengundang Kepala Sekolah, para guru, dan pegawai SMA Seminari Todabelu guna memperkenalkan diri kepada para siswa. Lalu, kegiatan MPLS dilanjutkan dengan pemaparan visi dan misi SMA Seminari Todabelu oleh Romo Tinyo.
Para siswa kemudian menyempatkan diri untuk beristirahat dengan menikmati kehangatan teh dan kue yang telah disediakan oleh Seksi Konsumsi Panitia MPLS.
Sesudah itu, Romo Alex Laba meneruskan kegiatan MPLS dengan memaparkan materi terkait Metode Belajar. Kemudian, Ibu Mertin Bolo menjelaskan kepada para siswa kegiatan-kegiatan di dalam Kurikulum Merdeka yang akan dijalankan selama menempuh pendidikan di SMA Seminari Todabelu, semisal P5 dan ekstrakurikuler. Setelah itu, MPLS hari pertama ditutup dengan doa bersama.
Hari Kedua
Di tengah kabut yang meyelimuti lingkungan Seminari, para siswa kelas X kembali menjalani MPLS hari kedua. Seperti pada hari pertama, para siswa mengawali MPLS dengan ice breaking yang dipimpin oleh Pak Enso Feto, Pak Yani Koandijalo, dan Pak Doni Damu. Para siswa sangat bersemangat dalam mengikuti ice breaking.
Setelah itu, para siswa mengikuti kegiatan Pengenalan Sarana dan Prasarana di Perpustakaan SMA Seminari Todabelu. Dalam kegiatan ini, para siswa dituntun oleh Pak Robert Ase selaku Pustakawan SMA Seminari Todabelu.
Di perpustakaan, para siswa juga berkenalan dengan Pustakawati SMA Seminari Todabelu, Ibu Klara Ree. Lalu, Pak Robert mengarahkan para siswa untuk melihat-lihat Ruang Baca dan buku-buku yang ada di dalamnya.
Banyak hal disampaikan oleh Pak Robert kepada para siswa, sehingga membantu mereka untuk lebih mengenal perpustakaan SMA Seminari Todabelu.
Sesudah mengikuti kegiatan di perpustakaan, para siswa lalu beranjak kembali ke aula untuk beristirahat dan menikmati teh dan kue yang telah disediakan oleh Sie Konsumsi Panitia MPLS.
Sesudah beristirahat, para siswa kemudian mengikuti sosialisasi anti kekerasan dan perundungan yang dipaparkan oleh Romo Beni Lalo. Banyak bekal berharga yang diperoleh para siswa dari sosialisasi ini.
Sosialisasi ini kemudian ditutup dengan deklarasi anti kekerasan dan perundungan yang melibatkan civitas academica SMA Seminari Todabelu. Lalu, di bawah pimpinan Ketua OSIS, Olan Nanga, civitas academica secara bersama-sama mengucapkan 13 butir pernyataan anti kekerasan dan perundungan dengan mengangkat tangan kanan.
Adapun ke-13 butir pernyataan anti kekerasan dan perundungan itu ialah sebagai berikut. Pertama, kami akan menghargai teman dan menghormati guru. Kedua, kami akan menghilangkan perundungan dalam segala bentuk. Ketiga, kami akan menghargai pendapat teman. Keempat, kami akan membantu teman yang mengalami kesulitan. Kelima, kami akan peduli terhadap teman. Keenam, kami akan menyebarkan pesan positif secara verbal maupun non-verbal melalui media sosial. Ketujuh, kami tidak akan menyebarkan hoax dalam bentuk dan melalui media apa pun. Kedelapan, kami tidak akan melakukan body shaming/perundungan fisik pada teman. Kesembilan, kami tidak akan memanggil teman dengan makian, nama orang tua, dan panggilan khusus lainnya yang menjatuhkan martabat teman dan membuat teman tidak nyaman. Kesepuluh, kami tidak akan membentak teman. Kesebelas, kami tidak akan melakukan tindakan kekerasan secara fisik maupun psikis pada teman. Keduabelas, kami tidak akan menghina dan mencemooh, baik secara perorangan, maupun berkelompok, kepada siapa pun di lingkungan sekolah, asrama, dan masyarakat. Ketigabelas, kami tidak akan melakukan tindakan pelecehan dan kekerasan seksual dalam segala bentuk terhadap teman dan sesama.
Usai mengucapkan ke-13 pernyataan tersebut, civitas academica SMA Seminari Todabelu diarahkan untuk menandatangani prasasti anti kekerasan dan perundungan.
Terkait ke-13 pernyataan tersebut, Romo Tinyo Sera mengatakan bahwa “ke-13 pernyataan ini merupakan pernyataan yang sakral, karena kita sudah mau dan berani mengucapkan serta menandatanganinya”.
Selanjutnya, kegiatan deklarasi tersebut ditutup dengan doa bersama. Setelah itu, para guru, pegawai, dan siswa menyempatkan waktu untuk bergambar bersama di depan prasasti deklarasi anti kekerasan dan perundungan yang telah ditandatangani. (Roland Reko Li).