Seminari Mataloko Bangun Pendidikan Terintegrasi

Seminari Santo Yohanes Berkhmans Todabelu, Mataloko sejak didirikan pada tanggal 15 September 1929, mengemban visi sebagai institusi pendidikan. Ia  membentuk siswa yang unggul dalam hal pengetahuan (scientia), kekudusan (santitas),  kesehatan (sanitas), kebajikan/kebijaksanaan (sapientia) dan kehidupan sosial (socialitas). 

Berkaitan dengan membangun pendidikan terintegrasi, seminari tidak hanya membentuk calon-calon imam yang tangguh, tetapi seminari juga terus berupaya agar siswa memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki kemampuan untuk membentuk diri secara sehat, unggul dan mandiri.  

Kepala Sekolah Seminari Todabelu Mataloko, Romo Gabriel Idrus Pr, ketika diwawancara FloresStar di Mataloko,  Sabtu (2/4/2011), mengatakan, berdirinya Seminari Todabelu Mataloko, berawal dari ide cemerlang Mgr. A Verstraelen, SVD yang bertekad untuk membangun seminari menengah di Flores. 

Niat luhur dari Mgr.  A Verstraelen, SVD, itu diwujudnyatakan oleh Pater Fransiskus Cornelissen, SVD, dengan membangun satu seminari kecil di Maumere, Kabupaten Sikka pada tahun 1926, kemudian dipindahkan ke Mataloko pada tahun 1929. Tanggal 15 September 1929 merupakan titik awal Seminari St Yohanes Berkhmans Todabelu Mataloko berkarya hingga saat ini yang sudah memasuki usia 81 tahun.

Romo Idrus yang adalah alumni dari Ritapiret angkatan 1993 ini mengatakan, seminari adalah sebuah institusi yang hidup, sebab ia memiliki dirinya dengan seluruh sejarah dan arah tujuan yang terumus dalam visinya. Katanya, visi Seminari Mataloko adalah membentuk siswa yang tekun membina diri menjadi pribadi yang matang dan memiliki keunggulan dalam hal pengetahuan  kekudusan, membina kesehatan, kebajikan/kebijaksanaan dan kehidupan sosial.

Sistim pendidikan pada seminari tertua kedua di Indonesia setelah Seminari Menengah Mertoyudan di Jawa Tengah ini adalah merujuk pada prinsip keunggulan 5-S.

Dari sejarahnya boleh dikatakan, seminari sebagai institusi pendidikan yang berdimensi religius dan sosial kemasyarakatan. Dari sisi religius seminari  adalah salah satu tekad dari kalangan SVD untuk membuka lembaga pendidikan calon imam yang merupakan tujuan khusus seminari. 

Sementara dari segi sosial kemasyarakatan, seminari berupaya membangun pendidikan yang terintegrasi di mana mendorong siswa untuk memiliki pengetahuan dan siswa mempunyai kemampuan untuk membentuk diri secara sehat.  

Dalam usianya yang ke- 81 tahun, Seminari Mataloko sudah mencetak 16 uskup dan puluhan imam yang merupakan alumni. Selain itu, masih banyak kaum awam bermutu yang sudah terserap di seluruh lapisan sosial masyarakat NTT dan sekitarnya.

Seminari ini memiliki 37 tenaga pengajar untuk SMP dan SMA yang terdiri dari pastor, frater dan guru-guru awam yang berpengalaman. Yang sudah bersertifikasi berjumlah adalah 17 orang.

Menurut Romo Idrus, ada beberapa sistim penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan dalam Seminari Todabelu Mataloko, yakni  penyelenggaraan sekolah dan asrama yang baik, sistim belajar yang diterapkan dilakukan di sekolah dan di asrama. Untuk di asrama, jam belajar siswa dimulai dari pukul 16.15 00-18.00 Wita, dari 18.00-19.15 Wita waktu untuk makan malam. Kegiatan belajar kembali dilanjutkan dari pukul 19.15-20.00 Wita.  

Di seminari juga melakukan seleksi awal masuk seminari yang cukup ketat. Hal itu dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa untuk belajar lebih lanjut. Selain itu, melakukan seleksi semesteral baik secara akademis maupun kepribadian dan dukungan kerja sama antara komponen yang ada di sekolah, seperti tenaga pengajar, para alumni, orang tua dan siswa itu sendiri.

Untuk menghadapi ujian nasional para siswa seminari sudah mempersiapkan diri sejak kelas X,XI dan XII. Untuk kelas XII yang akan menghadapi UN tahun ini sudah melakukan persiapan secara matang melalui jadwal belajar yang teratur dan kegiatan try out.

Jumlah keseluruhan siswa baik SMP maupun SMA pada Seminari Mataloko sebanyak 451 siswa dan jumlah peserta yang akan mengikuti ujian nasional tahun 2011 pada Seminari Mataloko sebanyak 106 siswa yang terdiri dari SMP 51 siswa dan SMA 55 siswa.

Seminari Mataloko adalah institusi yang unik, yang terbangun dari unit-unit yang berbeda-beda, dan hal ini yang membedakan seminari dengan institusi lainnya. Di Seminari Mataloko ada unit sekolah, unit asrama, unit pembina dan guru, unit dapur, unit karyawan dan pegawai, unit perkebunan, dan perbengkelan. Unit-unit ini berada di bawah kepemimpinan seorang preses dan dewan rumah yang mengaturnya dengan kebijaksanaan dan cinta. Setiap individu di dalam seminari menjadi salah satu bagian utuh dan tidak dapat dipisahkan. Mereka dalam keunikannya masing-masing bekerjasama untuk membangun individualitas institusi seminari. Mereka berlangkah bersama dengan visi dan misi yang sama, yaitu  membentuk calon-calon imam yang tangguh.

Walaupun seminari itu unik dan individual, tapi ia tidak tertutup bagi lingkungan sosial kemasyarakatan yang ada di sekitar. Seminari berelasi dengan uskup sebagai pemilik utama seminari, dan berelasi dengan stakeholders yang lain, seperti umat dan komite sekolah serta pemerintah. Umat selalu menjadi lahan penghasil bibit-bibit calon imam selain ikut bertanggung jawab atas keberadaan/keberlangsungan seminari. 

Keterlibatan umat dapat juga dilihat melalui kerjasama dengan sekolah-sekolah di sekitar seminari. Seminari sudah sekian tahun terjadi kerjasama yang konstruktif dengan komite sekolah. Relasi dengan pemerintah sudah berjalan bertahun-tahun. Tak bisa dipungkiri keduanya telah membina mutualitas simbiosis yang saling membangun, khususnya dalam bidang kurikulum sekolah, fasilitas fisik, finansial dan ketenagaan